MAKALAH PRODUKTIVITAS PERAIRAN BERSIH

LIPI: Potensi Kekayaan Laut Indonesia Setara 93% Pemasukan APBN ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang

Produktivitas adalah suatu daya produksi, dengan kata lain produksi primer adalah daya produksi suatu organisme autotrof dalam membuat dan menyimpan energi. Menurut Pitoyo (2001), Produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik per satuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis.

Produksi dalam suatu ekosistem meliputi adanya pemasukan dan  penyimpanan energi. Pemasukan energi dalam suatu ekosistem meliputi adanya pemanfaatan cahaya matahari bagi organisme autotrof sebagai produsen untuk  membuat makanannya  sedangkan penyimpanan energi adalah upaya setiap konsumen dalam menggunakan energi dari produsen.

Produktivitas juga terikat terhadap beberapa faktor yang mana apabila faktor-faktor tersebut berubah secara drastis dapat menandakan bahwa keadaan ekosistem tepat produsen tersebut berada juga berubah secara drastis begitupula sebaliknya. Apabila perubahan dalam produktivitas terhitung sedikit, maka dapat disimpulkan bahwa keadaan ekosistem tersebut cukup stabil. Oleh karena itu, dilakukan penyusunan makalah ini adar mengetahui lebih jelas bagaimana produktivitas serta faktor-faktor yang mengikatnya.

 

1.2.        Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1.        Apa pengertian dari produktivitas primer?

2.        Apa perbedaan dari produktivitas bersih dan produktivitas kotor?

3.        Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas bersih?


BAB II

ISI

2.1         Pengertian Produktivitas Primer Bersih

Secara ilmiah, produktivitas primer adalah laju produksi karbon organik dalam suatu waktu yang dilakukan oleh organisme autotrof yang berperan sebagai produsen dalam suatu ekosistem. Berdasarkan jumlah karbon yang terhitung produktivitas dibagi menjadi dua, yaitu produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih.

Produktivitas primer kotor (gross primary productivity) merupakan laju total dari fotosintesis beserta bahan organik yang dimanfaatkan dalam proses respirasi dalan jangka beberapa waktu tertentu. Produktivitas primer kotor juga sering disebut sebagai produksi total atau asimilasi total. Produktivitas primer bersih merupakan laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan setelah dikurangi untuk pemanfaatan untuk respirasi selama jangka waktu tertentu.

Produktivitas primer bersih sebagian besar diperoleh dari fitoplankton. Hal tersebut dikarenakan oleh jumlah dan persebarannya yang luas sehingga fitoplankton memegang kontribusi yang sangat besar. Menurut Nuzapril (2017), produktivitas primer bersih merupakan kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya laut. Produktivitas primer perairan memegang peranan penting dalam siklus karbon dan rantai makanan di dalam perairan serta sebagai pemasok oksigen yang ada di dalam perairan. Pengukuran produktivitas primer bersih merupakan suatu hal yang penting untuk mempelajari struktur dan fungsi ekosistem perairan. Produktivitas primer bersih penting dilakukan karena sebagai kunci pengukuran kesehatan lingkungan dan pengelolaan sumberdaya laut.

Produktivitas primer kotor maupun bersih biasanya dinyatakan dalam julah gram karbon (C) yang terikat dalam suatu volume dalam perairan per interval waktu. Di perairan, khususnya di laut terbuka, fitoplankton merupakan prganisme autototrof primer yang menentukan produktivitas perairan. Produktivitas jumlah karbon yang terdapat di dalam material hidup dan umumnya dinyatakan sebagai jumlah gram karbon yang dihasilkan dalam jumlah gram karbon (C) dalam suatu luas kolom air per hari (g C/m2 / hari) atau jumlah karbon yang dihasilkan per meter kubik per hari (g C/m3 / hari).

 

2.2         Faktor yang mempengaruhi Produktivitas Primer

Produktivitas pada setiap perairan di bumi ini berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor-faktor yang membatasi setiap perairan. Faktor yang paling penting dalam membatasi produktivitas primer bergantung pada perubahan lingkungan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas primer perairan adalah :

1.        Suhu atau Temperatur

Suhu air merupakan salah satu faktor abiotik yang memegang peranan penting bagi kehidupan organisme perairan. Pola temperatur dalam ekosistem akuatik dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah intensitas cahaya matahari. Berdasarkan data yang telah diteliti, maka produktivitas dari  wilayah kutub ke ekuator lebih meningkat bila dibandingkan dari wilayah ekuator ke kutub. Pada daerah subtropis, pada musim panas tingkat produktiviats perairan akan lebih tinggi dibandingan pada musim dingin.. Suhu secara langsung atau tidak langsung berpengaruh pada tingkat produktivitas. Secara langsung suhu dapat mempengaruhi laju fotosintesis sedangkan secara tidak langsung suhu dapat membentuk stratifikasi dalam kolom air yang mempengaruhi persebaran fitoplankton. Menurut Hardiyanto (2012), suhu opimum untuk pertumbuhan plankton adalah 25-30 °C. Secara tidak langsung pengaruh suhu juga dapat mempengaruhi melalui kemampuan kontrolnya terhadap kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen. Hal ini disebabkan karena suhu dapat memicu aktivitas fisiologis fitoplankton sehingga kebutuhan oksigen semakin meningkat (Pardede, 2016).

Suhu juga dapat mempengaruhi tingkat salinitas di suatu perairan. Semakin tinggi suhu maka akan semakin tinggi pula salinitas suatu perairan. Proses evaporasi akibat suhu yang meningkat akan meningkatkan salinitas walaupun lambat. Meningkatnya salinitas juga dapat mempengaruhi kadar DO dalam perairan. Kelarutan oksigen dan gas-gas juga berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga oksigen di perairan laut cenderung lebih rendah daripada di perairan tawar (Juniarta, 2016).

 

2.        Intensitas Cahaya Matahari

Sebagai produsen primer fitoplankton di perairan memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Karena itu, intensitas cahaya matahari dalam air sangat menentukan nilai produktivitas primer perairan padahal cahaya yang masuk di perairan akan semakin berkurang hingga tak dapat menembus dasar perairan laut dalam. Besarnya energi cahaya pada berbagai kedalaman adalah yang menyebabkan perubahan komposisi fitoplankton. Kolom air yang masih dapat dicapai cahaya matahari disebut daerah fotik, lapisan bawah dari zona fotik disebut zona disfotik dimana pada zona ini intensitas cahaya sangat rendah. Dibawah zona disfotik disebut zona afotik (dimana tidak terjadi fotosintesis), yang tidak ada cahaya sama sekali. Radiasi matahari sangat penting untuk metabolisme kehidupan di ekosistem perairan. Hampir seluruh energi yang menggerakkan dan mengontrol metabolisme di perairan berasal dari energi cahaya matahari. Energi matahari yangmasuk kedalam perairan akan ditransformasikan menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis untuk produktivitas di ekosistem. Proses pemanfaatan energi matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi melalui proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat trofik yang diatasnya.

Menurut Pardede (2016), intensitas cahaya matahari mempengaruhi produktivitas primer, hasil perubahan energi matahari menjadi energy kimia dapat diperoleh melalui proses fotosintesis oleh tumbuhan hijau. Proses fotosintesa sangat tergantung pada intensitas cahaya matahari, oksigen terlarut dan suhu perairan

 

3.        Nutrien

Pada ekosistem perairan alami, siklus produksi dimulai oleh produser yang mampu mensintesa bahan organik yang berasal dari bahan anorganik melalui proses fotosintesis (beberapa jenis bakteri melakukan kemosintesis) dengan bantuan cahaya matahari. Nutrien yang dibutuhkan oleh tumbuhan dibagi menjadi makro nutrien (terdiri dari unsur: O, C, N, P, S, K, Mg, dan Ca) dan mikro nutrien (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Si, Mo,Cl, Co, dan Na) . Nutrien yang paling berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan plankton adalah nitrogen (dalam bentuk NO3) dan fosfor (dalam bentuk PO4). Kedua unsur ini sangat penting yang merupakan faktor pembatas bagi produktivitas plankton di perairan. Selain nitrogen dan fosfor unsur yang penting terhadap perkembangan organisme autotrof terutama plankton jenis algae diatom adalah silika untuk membentuk frustule dan spikule. Nutrien  yang tinggi dengan alkalinitas yang rendah menjadi faktor pembatas produktivitas primer di perairan.

Ketersediaan nutrien di perairan merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan organisme autotrof.  Dengan demikian efisiensi daur nutrisi dalam ekosistem peraairan akan menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer. Oleh karena itu, besarnya produktivitas primer suatu perairan dapat mengindikasikan besarnya ketersediaan nutrien terlarut di perairan tersebut.. Keberadaan nutrien di perairan sangat di pengaruhi oleh aktivitas menusia di daratan, gerakan massa air (terutama di perairan laut), maupun aktivitas pembusukan bahan-baahan organik. Adanya penyebaran nutrien dan organisme autotrof (fitoplankton) di perairan yang berbeda-beda sangat mempengaruhi produktivitas primer di perairan. Perairan yang kaya nutrien dan biota autotrof akan memiliki produktivitas primer yang. Oleh karena itu perairan estauri memiliki produktivitas yang tinggi jika dibanding dengan perairan laut lepas dan perairan perairan tawar karena menjadikan daerah sebagai trap nutrien. Aliran air tawar dan air laut yang terus menerus membawa mineral, bahan organik, serta sedimen dari hulu sungai ke laut dan sebaliknya dari laut ke muara. Unsur hara ini mempengaruhi produktivitas wilayah perairan muara. Menurut Abigail (2014), tingginya unsur nutrien dapat disebabkan oleh masuknya limbah domestik, dimana sebagian besar kandungannya adalah bahan organik dan berpeluang terhadap ketersediaan unur nutrien yang melimpah. Sedangkan sebaran fosfat merupakan sebaran konsentrasi yang memiliki nilai terkecil dibandingkan nilai konsentrasi nitrat dan ammonia. Hasil tersebut terjadi karena kandungan fosfat cukup kecil sehingga kuantitasnya tidak dapat terukur dengan peralatan maupun metode yang digunakan dalam penelitian ini. Konsentrasi fosfat di permukaan perairan juga dipengaruhi oleh adanya penggunaan fosfat oleh fitoplankton.

 

4.        Klorofil

Konsentrasi klorofil-a merupakan indikator utama untuk mengestimasi produktivitas primer dan merupakan variabel penting dalam proses fotosintesis. Klorofil–a fitoplanton adalah suatu pigmen aktif dalam sel tumbuhan yang mempunyai peranan penting didalam proses berlangsungnya fotosintesis diperairan semua sel berfotosintesis mengandung satu atau beberapa pigmen klorofi l ( hijau coklat, merah atau lembayung). Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan biomassa organisme autotrof yang tentunya berkaitan dengan kondisi suatu perairan. Parameter fisik-kimia yang mengontrol dan mempengaruhi sebaran klorofil-a, adalah intensitas cahaya, nutrien (terutama nitrat, fosfat dan silikat). Perbedaan parameter fisika-kimia tersebut secara langsung merupakan penyebab bervariasinya produktivitas primer. Selain itu “grazing” juga memiliki peran besar dalam mengontrol konsentrasi klorofil-a. Klorofil di perairan danau sangat di tentukan oleh adanya kandungan fosfat. Hal inilah yang menyebabkan fosfat merupakan faktor utama yang menyebakan ledakan populasi fitoplankton di danau.

Pada umumnya sebaran konsentrasi klorofil-a tinggi di perairan pantai sebagai akibat dari tingginya masukan nutrien yang berasal dari daratan melalui limpasan air sungai, dan sebaliknya cenderung rendah di daerah lepas pantai. Meskipun demikian pada beberapa tempat masih ditemukan konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi, meskipun jauh dari daratan. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya proses sirkulasi massa air yang memungkinkan terangkutnya sejumlah nutrien dari tempat lain, seperti yang terjadi pada daerah upwelling. Sebaran klorofil-a di dalam kolom perairan sangat tergantung pada konsentrasi nutrien. Kandungan klorofil-a dapat digunakan sebagai ukuran banyaknya fitoplaknton pada suatu perairan tertentu dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktivitas perairan.


5.              Kekeruhan

Tingginya kekeruhan akan mengurangi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan yang akan berdampak pada penurunan produktivitas primer perairan. Semakin keruh suatu perairan maka hal tersebut mengakibatkan semakin sedikit penetrasi cahaya yang diperoleh suatu peraitan.

 

6.             Arus

Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, perbedaan dalam densitas air laut, maupun oleh gerakan bergelombang panjang, misalnya pasang surut. Salah satu fenomena arus adalah front. Front merupakan daerah pertemuan dua massa air yang mempunyai karakteristik berbeda, misal pertemuan antara massa air dari Laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera Hindia yang lebih dingin. front penting dalam hal produktivitas perairan laut karena cenderung membawa bersama-sama dengan air yang dingin kaya akan nutrien dibandingkan dengan perairan yang lebih hangat tetapi miskin zat hara. Kombinasi dari temperatur dan peningkatan kandungan hara yang timbul dari percampuran ini akan meningkatkan produktivitas plankton yang berdampak pada peningkatan produktivitas primer di laut. Hal ini akan ditunjukkan dengan meningkatnya stok ikan di daerah tersebut. Selain itu front atau pertemuan dua massa air merupakan penghalang bagi migrasi ikan, karena pergerakan air yang cepat dan ombak yang besar.

Selain front Upweling juga penting dalam peningkatan produktivitas primer di laut. Upwelling merupakan penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan. Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan. Pada perairan tawar peristiwa upwelling dikenal dengan adanya pemballikan massa air biasanya terjadi pada musim hujan.


7.             Kedalaman

Kedalaman akan berpengaruh terhadap penetrasi cahaya yang masuk ke suatu perairan. Pada umumnya seiring dengan bertambahnya kedalaman maka penetrasi cahaya yang masuk akan semakin berkurang, sehingga akan berdampak pada produktivitas primer di perairan. Pada permukaan pada umumnya produktivitas primer masih kecil karena intensitas cahaya yang masuk terlalu tinggi.

Perbedaan kedalaman dapat mengakibatkan perbedaan nilai produktivitas primer. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan intensitas cahaya matahari yang dapat menembus setiap kedalaman pada umumnya menurun seiring dengan bertambahnya ke dalaman perairan, sehingga aktifitas fotosintesis akan menurun, dan menurunkan pula nilai produktivitas primer pada setiap kedalaman. Hal ini diperkuat oleh Juniarta (2016) yang menyatakan bahwa kedalaman perairan juga mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi kebutuhan oksigen dan pertumbuhan organisme bentik. Perbedaan kedalamaan ini diperkirakan mempengaruhi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Kemampuan sinar matahari menembus dalamnya perairan dipengaruhi oleh warna dan tingkat kekeruhan perairan tersebut.


BAB III

PENUTUP

3.1         Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh berdasarkan isi dari makalah ini adalah :

1.             Produktivitas primer adalah daya atau laju produksi karbon organik per satuan waktu yang merupakan hasil penangkapan energi matahari oleh organise autotrof (produsen) untuk diubah menjadi energi kimia melalui fotosintesis.

2.             Produktivitas primer terbagi menjadi dua bagian, yaitu produktivitas primer kotor dan produktivitas primer bersih. Produktivitas primer kotor (gross primary productivity) merupakan laju total dari fotosintesis beserta bahan organik yang dimanfaatkan dalam proses respirasi dalan jangka beberapa waktu tertentu. Produktivitas primer bersih merupakan laju penyimpanan bahan organik di dalam jaringan setelah dikurangi untuk pemanfaatan untuk respirasi selama jangka waktu tertentu.

3.             Produktivitas primer bersih dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suhu, cahaya matahari, kedalaman, kekeruhan, klorofil, dan arus.

 

3.2         Saran

Agar pembaca lebih memahami bagaimana dan seperti apa produktivitas primer perairan yang lebih detail lagi, penulis menyarankan agar pembaca membaca lebih banyak referensi dari buku ataupun jurnal yang ada. Selain itu, penulis juga berharap agar pembaca dapat memahami setiap materi yang dituliskan dalam makalah ini. 


 

DAFTAR PUSTAKA

Abigail, W., M. Zainury dan W. S. Pranowo. 2015. Studi tentang Produktivitas Primer Berdasarkan Distribusi Nutrien dan Intensitas Cahaya di Perairan Selat Badung, Bali. Jurnal Oseanografi, 4(1) : 150-158.

Hardiyanto, R., H. Suherman dan R. I. Pratama. 2012. Kajian Produktivitas Primer Fitoplankton di Waduk Saguling, Desa Bongas dalam kaitannya dengan kegiatan Perikanan. Jurnal perikanan dan Kelautan, 3(4): 51-59.

Juniarta, A., A. Hartoko dan Suryanti. 2016 Analisis Produktivitas Primer Tambak Ikan Bandeng (Chanos chanos, FORSSKAL) dengan Data Citra Satelit Ikonos di Kabupaten Pati, Jawa Tengah . Diponegoro Journal Of Maquares, 5(1) : 83-90.

Nuzapril, M., S. B. Susilo dan J. P. Panjaitan. 2017. Hubungan Antara Konsentrasi Klorofil-A dengan Tingkat Produktivitas Primer Menggunakan Citra Satelit LANSAT-8. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan, 8(1) : 105-114.

Pardede, D., T. A. Barus, dan R. Leidonald. 2016. Laju Produktivitas Primer Perairan Rawa Kongsi Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Aquacoastmarine, 13(3) : 1-10.

Pitoyo, A. dan Wiryanto. 2002. Produktifitas Primer Perairan Waduk Cengklik Boyolali. BIODIVERSITAS, 3(1) : 189-195.


No comments:

Post a Comment

loading...