DESKRIPSI DAN KOMPONEN RAWA

 DESKRIPSI DAN KOMPONEN RAWA


Menurut PP No. 27 Tahun 1991, Lahan Rawa adalah adalah genangan air secara alamiah yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat dan mempunyai ciri-ciri khusus baik fisik, kimia maupun biologis. Rawa (swamp/marsh) merupakan daerah bertanah basah yang selalu digenangi air secara alami karena sistem drainase (pelepasan air) yang jelek atau letaknya lebih rendah dari daerah sekelilingnya. Air yang masuk ke dalam rawa dapat berasal dari air hujan, air sungai atau air tanah. Menurut Putri dan Andojo (2015), rawa merupakan lahan yang menempati posisi peralihan diantara sistem daratan dan sistem perairan (sungai, danau atau laut) yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai atau danau, karena menempati posisi peralihan antara sistem perairan dan daratan, maka lahan ini sepanjang tahun , atau dalam waktu yang panjang dalam setahun (beberapa bulan) tergenang dangkal, selalu jenuh air atau mempunyai air tanah dangkal. Dalam kondisi alami, sebelum dibuka untuk lahan pertanian, lahan rawa ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis rerumputan, vegetasi semak maupun kayu-kayuan atau hutan. Genangan lahan rawa dapat disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai.

Lahan rawa merupakan ekosistem yang berada pada daerah transisi di antara daratan dan perairan (sungai, danau, atau laut), yaitu antara daratan dan laut, atau di daratan sendiri, antara wilayah lahan kering (uplands) dan sungai/danau. Lahan rawa dapat terbentuk secara  alamiah atau  buatan, pembentukannya dapat  berjalan relatif  cepat  atau sangat  lambat yang  memakan waktu ribuah bahkan jutaan tahun. Lahan rawa dapat terbentuk melalui berbagai macam proses, setiap  bentang  lahan  rawa  memiliki  prosses  pembentukan  yang  khas  sesuai  dengan  kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut National Park Service, US Department of Interior bahwa lahan rawa yang berada di daerah dataran banjir sekitar pantai (Flooding of coastal lowlands) seperti lahan rawa pasang surut terbentuk akibat peningkatan muka air laut yang membawa sedimen dan atau aliran sungai yang bermuara ke laut membawa sedimen yang kemudian mengendap pada daerah  sekitar pantai.  Sedangkan  lahan  rawa  dataran  banjir  sungai  seperti  lahan rawa  lebak berkembang melalui proses erosi dan pengendapan sedimen di lahan sekitar sungai.  Pembentukan lahan rawa, lebih tepatnya disebut dalam istilah pembentukan tanah rawa atau  genesis tanah  rawa,  merujuk  pada  perubahan  sifat-sifat tanah  rawa  seiring waktu  yang berjalan, seperti peningkatan atau penurunan kandungan suatu bahan atau mineral dalam horizon tanah, secara kualitas atau kuantitas atau hilangnya suatu lapisan sedimen. Proses genesis tanah yang terjadi seperti proses kimia, biologi dan fisik, dimana semua proses tersebut terjadi secara simultan.  Selama  proses  genesis  maka  semua  sifat  tanah  seperti  kimia,  biologi  dan  fisik mengalami perubahan.  Berdasarkan  rejim hidrologinya,  lahan  rawa dapat  dibedakan  atas dua  tipolagi  lahan, yaitu  rawa  lebak dan  rawa pasang  surut. Lahan  rawa  lebak berdasarkan  lama  genangan dan tinggi  genangannya  dari permukaan  tanah dapat  di bagi  menjadi  tiga kelompok,  yaitu lebak dangkal, sedang dan tengahan. Sedangkan lahan rawa pasang surut berdasarkan luapan pasang dan intensitas drainasenya dapat dibagi menjadi empat tipologi yaitu tipologi A, B, C dan D.

Komponen:

1.              Air

Dilihat dari air rawa adalah airnya asam dan berwarna coklat sampai kehitam-hitaman dan kadang-kadang merah dan mengakibatkan air rawa tidak dapat diminum serta kurang baik untuk mengairi pertanian. Menurut Nasir et al. (2013), kebanyakan air rawa berwarna disebabkan oleh adanya zat–zat organik yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning cokelat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaaan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob), maka unsur – unsur Fe dan Mn ini akan larut. Pada permukaan air akan timbul algae (lumut) karena adanya sinar matahari dan O2.

2.              Permukaan air

Permukaan air rawa tertutup tumbuh-tumbuhan air, hampir seluruh rawa. Contoh tanaman tersebut antara lain ekor kucing, purun kudung, tumbuhan paku air, bakung atau lily, rumput teki, hidrilia, kelakai, jingah, rukam, dan kangkung air. Menurut Asikin dan Thamrin (2012), vegetasi yang tumbuh dominan di lahanrawa pasang surut dan lebak antara lain adalah purun tikus (Eleocharis dulcis (Burm.f.) Henschell), bulu babi (Eleo-charis retroflata (Poir) Urb.), kelakai (Stenochiaena palutris (Burm.) Bedd), perupuk (Phragmites karka), bundung (Scirpus grosus), purun kudung (Lepiro-nea articulata), banta (Leersia hexandra Sw), bura-bura (Panicum refens), ribu-ribu (Lycodium flexuosum), tambura (Age-ratum conyzoides L.), dan patah kamudi (Sphaeranthus africanus L.).

3.              ph

Air pada rawa bersifat asam, kadar keasaman airnya sangat tinggi karena selalu terjadi penggenangan. Menurut Minggawati (2013), pada umumnya perairan rawa bersifat sangat asam sampai netral (nilai pH berkisar 3,5 - 7), dengan kandungan unsur hara yang rendah.

4.              Lokasi

 Berdasarkan tempatnya, Rawa-rawa ada yang terdapat di pedalaman daratan tetapi banyak pula yang terdapat di sekitar pantai. Air rawa disekitar pantai sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut  Pada saat air luat pasang permukaan rawa tergenang banyak dan saat air surut daerah ini kering. Dasar rawa terdapat tanah gambut

No comments:

Post a Comment

loading...