Makalah Komoditas Perikanan Unggulan dan Alat Tangkap yang Digunakan di Lampung Tengah

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.       Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan strategis, dengan sumber daya alam yang kaya akan keanekaragaman hayati, baik di darat maupun di perairan tawar dan laut. Berdasarkan data yang terukur, Indonesia memiliki 95.181 km panjang garis pantai dengan kurang lebih 5,0 juta luas zona ekonomi eksklusif. Indonesia terdiri dari 5 buah pulau besar seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi dan Papua, ditambah pula dengan ribuan pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kepulauan Indonesia yang dua pertiganya adalah laut, di dalamnya terkandung kekayaan keanekaragaman hayati yang tersebar mulai dari dasar laut sampai daerah permukaan. Menurut Agus et al. (2018), hal ini yang menyebabkan sebagian besar penduduknya tinggal di daerah pesisir dan mengeksploitasi sumberdaya pesisir untuk memenuhi kebutuhannya

Khusus untuk perikanan tangkap potensi Indonesia sangat melimpah sehingga dapat diharapkan menjadi sektor unggulan perekonomian nasional. Untuk itu potensi tersebut harus dimanfaatkan secara optimal dan lestari, tugas ini merupakan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan pengusaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan penerimaan negara yang mengarah pada kesejahteraan rakyat.

Data Food Agriculture Organization (FAO) mengungkapkan bahwa pada tahun 2009, populasi penduduk dunia diperkirakan mencapai 6,8 miliar jiwa dengan tingkat penyediaan ikan untuk konsumsi sebesar 17,2 kg/kapita/tahun. Pada tahun yang sama, tingkat penyediaan ikan untuk konsumsi Indonesia jauh melebihi angka masyarakat dunia, yaitu sebesar 30kg/kapita/tahun (KKP,2009). Perlu diketahui bahwa tren laju pertumbuhan penduduk dunia menuntut peningkatan produksi ikan.

Peluang pengembangan usaha perikanan Indonesia memiliki prospek yang sangat tinggi. Potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai USD 82 miliar per tahun.


 

1.2.        Tujuan

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

a.              Menganalisis proses pelaksanaan program dalam pengembangan di bidang perikanan di kabupaten Lampung Tengah.

b.             Menganalisis dampak dari implementasi pelaksanaan program perikanan tangkap di kabupaten Lampung Tengah.

c.              Mengetahui komoditas perikanan  unggulan di kabupaten Lampung Tengah.

d.             Mengetahui alat tangkap yang digunakan dalam perikanan tangkap di kabupatenLampung Tengah.


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1         Komoditas Perikanan Unggulan di Lampung Tengah

Daerah Aliran Sungai (DAS) Seputih terletak di di Lampung Tengah, Propinsi Lampung biasanya digunakan sebagai sarana transportasi air. Selain itu, di bagian hilimya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan perikanan seperti penangkapan ikan, budidaya ikan sistem keramba jaring apung (KJA) yang sudah dimulai sejak bulan Januari 1998 dan pengairan tambak udang. Perairan Way Seputih kaya akan berbagai jenis ikan yang secara umum terdiri atas kelompok ikan putihan (white fish) yang sebagian besar hidupnya menghuni perairan sungai dan kelompok ikan rawa (black fish) yang sebagian besar hidupnya menghuni perairan rawa. Dari kedua kelompok ikan tersebut terdapat beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti belida (Notopterus sp.), patin (Pangasius sp.), gurami (Osphronemus gouramy), baung (Mystus sp.), toman dan gabus (Channa sp.) dan sepati (Puntius sp.) serta udang galah (Macrobrachium rosenbergii).

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lampung Tengah akan menjadikan ikan baung sebagai komoditas unggulan di sektor perikanan. Ikan baung punya nilai ekonomis yang tinggi. Selama ini banyak dijumpai di sungai-sungai di Lampung Tengah. Menurut Yudha et al. (2018), ikan ini sangat digemari oleh masyarakat karena memiliki nilai protein yang tinggi dan memiliki nilai ekonomis di pasaran. Ketersediaan ikan baung khususnya di Desa Panaragan hanya didapat dari hasil tangkapan.

Hemibagrus nemurus memiliki nama lokal ikan Baung dan bentuk tubuhnya kombinasi dengan letak mulut subterminal. Ikan ini memiliki empat pasang sungut, panjang sungut rahang atas mencapai belakang sirip perut, sedangkan panjang sungut hidung mencapai mata, garis rusuk lurus, sirip lemak berukuran sama panjang dengan sirip dubur dan ujung sirip lemak berwarna hitam, jari-jari terakhir pada sirip punggung dan sirip dada bergerigi dan pada bagian atas kepala kasar, bentuk sirip ekor bercagak. memiliki 12-13 jari-jari sirip dubur dan panjang total dapat mencapai 57cm. Ikan yang tertangkap memiliki kesesuaian dengan deskripsi tersebut. Ikan yang tertangkap memiliki panjang total tubuh berkisar antara 10- 27,8 cm dengan bentuk tubuh kombinasi, kepala pipih dorsoventral dan badan pipih dorsolateral dengan posisi mulut sub-terminal (Bhagawati et al. 2013).

Daerah yang paling disukai adalah perairan yang tenang, bukan air yang deras. Karena itu, ikan baung banyak ditemukan di rawa-rawa, danau-danau, waduk dan perairan yang tenang lainnya. Meski begitu, ikan baung tetap memerlukan oksigen yang tinggi untuk kehidupannya. Ikan baung tumbuh dan berkembang di perairan tropis. Daya adaptasinya tergolong rendah, kurang tahan terhadap perubahan lingkungan, dan serangan penyakit. Ketidaktahanan pada keduanya terutama terjadi pada fase benih.

Habitat ikan baung cukup luas, meliputi sungai-sungai besar, anak sungai, lubuk sungai, danau, terutama danau yang berada di daratan rendah, danau oxbow, danau-danau rawa, rawa lebak, dan hutan rawa. Pada musim hujan penyebarannya ikan sampai ke rawa lebak yang berhubungan langsung dengan sungai, sehingga kualitas air di rawa lebak berkisar 5-5,5 sedangkan pH air sungai berkisar 5,5-6,5. Pada musim hujan, di hutan rawa ikan baung banyak ditemukan mulai dari tingkat benih sampai ukuran dewasa yang matang gonad, karena di tempat ini merupakan habitat mikroorganisme dan makroorganisme lain yang menjadi pakan alami bagi ikan baung. Ikan baung tergolong ke dalam benthopelagic, dan hidup di perairan tawar dan payau dengan kisaran pH 7-8,2 dan suhu 22-250C. Ikan baung menyebar luas dibeberapa negara, seperti India, Cina Selatan, dan Asia Tenggara (Thailand, Malaka, Singapura, dan Indonesia). Sedangkan penyebaran ikan baung di Indonesia meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Menurut Akbar (2014), pakan ikan baung terdiri dari ikan dan udang sebagai pakan utama dan kedua dengan IP 72,085-77,01% dan 17,98- 24,57%. Sedangkan pakan pelengkap, yaitu serangga air, serasah kayu atau ranting, tumbuhan, alga, dan yang tidak teridentifikasi dengan IP (< 4%). Hal ini, menunjukkan ikan baung bersifat omnivora yang cenderung karnivora.

 

2.2         Alat Tangkap yang Digunakan dalam Menangkap Ikan Baung (Hemibagrus nemurus)

1.      Serapang (Spear)

Serapang (Spear) merupakan alat tangkap berupa tombak. Alat ini terbuat dari mata serapang yang terbuat dari besi, sedangkan tangkainya terbuat dari rotan, di mana pada bagian tangkai diameternya cukup besar (berkisar antara 3-4 cm). Alat ini biasanya digunakan pada waktu siang ataupun malam hari. Pada malam hari untuk mempermudah menemukan ikan sasaran. Pengoperasian alat ini dibantu dengan penerangan dari senter atau juga dengan menggunakan lampu suar.

Pengoperasian alat ini bersifat aktif, cara pengoperasiannya dengan cara melukai tubuh ikan. Penggunaan serapang dalam penangkapan ikan ini pada prinsipnya adalah mencari sasaran, yaitu ikan yang terlihat di permukaan air. Secara perlahan-lahan ikan didekati, kemudian ikan tersebut diserang (dihujam) dengan alat serapang tersebut setepat mungkin pada bagian tubuh ikan.

2.        Kalang

Sejenis bubu ukuran besar bentuk silinder, kerangka bilah bambu atau rotan, dinding jaring PE meshsize 20 cm, ukuran panjang 2,5 – 3,0 meter, dengan jumlah kerangka lingkar 5 buah, jumlah kerangka panjang 8 buah, diameter mulut kalang 120 - 150 cm, diameter lingkar belakang 30 cm, jumlah Injab 1 buah dengan diameter lingkar injab 30 cm.

Alat tangkap kalang bentuk silinder dipasang di pinggiran sungai utama atau anak sungai dengan arus air tenang sampai sedang yaitu pada tepian sungai yang agak menjorok ketengah. Posisi pemasangan mulut kalang menghadap ke hilir atau searah arus air , sebagian alat timbul atau seluruh alat tenggelam 20–30 cm dari permukaan air.

3.        Banjur tarajuk

Bahan penyusun stik dari kayu atau bambu diameter 1,0-1,5 cm , panjang ± 2,0 meter, tali pancing benang nylon (senar) panjang ± 1,5 cm, mata pancing nomor 15 sampai nomor 10. Tali pancing diikat pada stik ± 20 cm dari dasar perairan. Menggunakan umpan perut ayam, daging keong sawah, ikan kecil atau potongan ikan. Joran kayu atau bambu ditancapkan berjajar dengan Jarak antar unit pancing disesuaikan dengan kondisi pinggiran sungai yaitu 5 – 7 meter . Lama hauling 6 - 10 jam, umumnya malam hari, satu unit perahu mengoperasikan 40 – 100 buah pancing.

Orientasi penangkapan usaha komersial.  Dipasang di pinggiran sungai, danau dan rawa pada kisaran kedalaman perairan 1,0 – 2,0 meter. Dapat dioperasikann sepanjang tahun, lebih banyak pada musim penghujan karena saat tersebut daerah tepian danau atau sungai yang menjadi daerah operasi mencapai kedalaman yang memadai.

4.        Lunta

Alat penangkapan ikan berbentuk kerucut yang terbuat dari jaring bahan nylon (senar) atau jaring bahan PE, pemberat rantai timah bentuk cincin berat 5 – 7 kg tergantung ukuran jala. Panjang jala antara 4 – 6 meter, meshsize 0,5 – 2 inchi Dilengkapi tali untuk menarik dan mengangkat jala.

Unit jaring jala dilempar dengan cara khusus sehingga terbuka lebar sesuai ukuran jala dengan ujung tali tetap dipegang atau diikatkan pada salah satu lengan nelayan yang melempar jala. Kemudian jala tenggelam sampai dasar perairan, mengurung sasaran yang terlihat maupun yang tidak terlihat yang ada dalam kolom air lingkaran jala. Perlahan luasan lingkaran jala dipersempit dengan menarik tali jala. Jenis hasil tangkapan yang berukuran lebih besar dari meshsize jala akan terjebak pada kantong hasil bagian bawah jala dan kisaran ukuran hasil tangkapan yang sesuai dengan meshsize jala akan terjerat jaring jala. Operasional jala yang tidak menggunakan umpan jala dilempar secara acak setiap jarak tertentu.

Untuk meningkatkan jumlah hasil tangkapan atau untuk target tangkapan jenis tertentu seperti udang galah biasanya menggunakan umpan seperti butir beras atau potongan kelapa yang yang digumpal dengan tanah liat agar tenggelam kedasar perairan..Sebelum jala ditebar pada tempat yang telah diberi tanda ditabur umpan, beberapa saat kemudian jala ditebar pada lokasi umpan ditebar. Dioperasikan diperairan dangkal pinggiran sungai utama, anak sungai dan danau, dasar perairan bersih terutama dari sampah kayu atau tonggak kayu. Hasil tangkapan macam jenis dan macam ukuran terutama jenis ikan dasar seperti udang galag, ikan baung.

5.        Rengge tancap

Jaring berbentuk empat persegi panjang, bahan jaring monofilament (senar) No.100 - 120, mesh size 1,0 – 3,0 inchi, panjang 25 – 75 m, lebar atau kedalaman jaring 2,0 - 3,0 meter untuk perairan rawa dan danau, 4,0- 6,0 yang dipasang memotong badan anak sungai.

Jaring dibentang memotong badan anak sungai dan sebagian rawa kirikanan pingiran anak sungai, lebar jaring disesuikan dengan kedalaman anak sungai dan rawa pinggiran anak sungai. Dioperasikan pada saat ada pergerakan arus air masuk atau arus air keluar anak sungai, kecepatan arus lemah sampai sedang, arus air masuk bila permukaan air sungai utama naik dan sebaliknya arus keluar bila permukaan air sungai utama turun /surut. Hasil tangkapan diambil setiap 3 – 6 jam tergantung kepadatan hasil tangkapan.

6.        Lukah / buwu (bubu)

Alat tangkap bentuk torpedo terdiri dari bagian-bagian yaitu tubuh bubu, mulut bubu dan 1 – 3 buah injap. Alat ini terbuat dari bahan rotan sebagai penjalin dan bilah bambu sebagai dinding pembentuk badan bubu. Jarak antar bilahan bambu sekitar 0,5 – 7,0 cm menutupi seluruh bagian tubuh bubu. Ukuran panjang umumnya berkisar antara 1-2 m dengan diameter mulut bubu 15-35 cm, kadang-kadang dibikin dengan ukuran yang lebih panjang dan besar.

Pemasangan dilakukan dengan bagian mulut bubu dipasang searah arus air, untuk menghadang ikan yang bergerak melawan arus dan mencegah masuknya sampah ke dalam bubu. Mulut bubu dipasang agak tenggelam untuk menghidari tertangkapnya ular dan biawak, bagian-belakang bubu agak mucul sebagian ke permukaan agar ikan yang tertangkap dapat mengambil udara


 

2.3         Sarana Apung yang digunakan

Kapal nelayan adalah kapal yang secara langsung pasti digunakan dalam kegiatan memancing ikan/hewan laut lainnya/tumbuhan laut. Seluruh kapal yang digunakan termasuk kedalamnya. Kapal pengangkut yang khusus digunakan hanya untuk mengangkut tidak termasuk didalamnya. Perahu yang digunakan untuk membawa nelayan, peralatan penangkapan ikan, ikan, dan lain-lain. Dalam perikanan menggunakan alat-alat penangkapan seperti bagan, sero, dan kelong. 


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1         Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :

1.        Komoditas unggulan dari sektor perikanan di Lampung Selatan salah satunya adalah ikan baung (Hemibagrus nemurus). Bentuk tubuhnya kombinasi dengan letak mulut subterminal. Ikan ini memiliki empat pasang sungut, panjang sungut rahang atas mencapai belakang sirip perut, sedangkan panjang sungut hidung mencapai mata, garis rusuk lurus, sirip lemak berukuran sama panjang dengan sirip dubur dan ujung sirip lemak berwarna hitam, jari-jari terakhir pada sirip punggung dan sirip dada bergerigi dan pada bagian atas kepala kasar, bentuk sirip ekor bercagak. memiliki 12-13 jari-jari sirip dubur dan panjang total dapat mencapai 57cm. Ikan yang tertangkap memiliki kesesuaian dengan deskripsi tersebut. Ikan yang tertangkap memiliki panjang total tubuh berkisar antara 10- 27,8 cm dengan bentuk tubuh kombinasi, kepala pipih dorsoventral dan badan pipih dorsolateral dengan posisi mulut sub-terminal.

2.        Beberapa alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kabupaten Lampung Tengah adalah serapang (spear), kalang, banjur tarujuk, lunta,lengge tancap dan lukah/ buwu (bubu)

3.        Transportasi lautyang digunakan oleh nelayan di kabupaten Lampung Tengah adalah kapal dan perahu.

 

3.2    Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1.        Sebaiknya diperlukan penyiapan data yang lebih banyak dan lebih akurat. Hal ini dikarenakan sulitnya penulis dalam menmperoleh data penulisan dari beberapa media

2.        Sebaiknya diperlukan kesertaan pemerintah dalam mengembangkan potensi perikanan di Lampung Tengah terutama dalam memfasilitasi alat tangkap perikanan.

No comments:

Post a Comment

loading...